Jumat, 15 April 2011

Nasib Sekolah Katolik Bagian #6

“Menggagas Sekolah Katolik Unggul”

Melihat sebelumnya tentang kriteria sekolah berkualitas, cukuplah bagi kita memberi gambaran posisi setiap sekolah katolik. Sekarang mungkin timbul pertanyaan dalam pikiran kita, “Bisakah Sekolah Katolik yang sudah merosot berubah menjadi lebih baik dan dan menjadi sekolah yang berkualitas?”

Kita sendirilah yang pantas menjawab pertanyaan diatas. Memang dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah untuk menjadikan sekolah kita berkualitas. Namun kalau tidak dimulai dari sekarang, bisa-bisa menjadi terlambat, manakala sekolah sudah dalam kondisi yang gawat. Ibarat pasien yang sudah berada di ruang ICU, maka Dokter spesialis pun belum tentu sanggup untuk menyembuhkan pasien tersebut.

Namun saya melihat ada beberapa hal positif dari kondisi di sekolah katolik:
1. Komitmen para guru dan staf masih tinggi dalam mengabdi dan berkarya di sekolah. Bahkan ada beberapa dari mereka masih dalam status guru tidak tetap. Namun ada juga beberapa guru yang motivasi bekerjanya masih lemah.
2. Semangat para guru & staf yang patut dihargai, dengan gaji yang relatif kecil.
3. Adanya keinginan kuat Yayasan untuk terus memajukan Sekolah Katolik
4. Sekolah bisa berlangsung dengan fasilitas yang serba terbatas
5. Dukungan yang tinggi dari pihak Keuskupan, agar sekolah Katolik tetap eksis.
Berangkat dari hal-hal positif inilah kita mulai bisa melakukan tindakan dan perencanaan dalam membangun kembali Citra Sekolah Katolik.

Sering kali perbaikan atau perubahan dilakukan secara parsial. Misalnya: pelatihan, try out, pembinaan, retret, rekoleksi, dll. Tindakan seperti ini bagus, hanya belum bisa menjangkau akar permasalahan. Jika ingin benar-benar membangun sekolah yang berkualitas, maka diperlukan perubahan secara holistic atau menyeluruh. Perubahan mulai dari tingkat atas sampai paling bawah (top down). Memang hal ini bisa menimbulkan gejolak, atau ketidaknyamanan di dalam sekolah tersebut. Dan juga akan membutuhkan dana tambahan yang bisa memusingkan yayasan. Namun itulah esensi perubahan, dan jika memiliki komitment yang cukup tinggi, dan cukup sabar melakukan perubahan terus, maka tidak mustahil hasilnya akan bisa segera dirasakan. Dan jika sekolah Katolik minimal bisa menjadi Sekolah Mandiri (sekolah nasional), maka sudah tidak perlu lagi subsidi operasional. Bahkan bisa menghidupi dirinya sendiri dan membantu sekolah Katolik lainnya yang perlu perbaikan.

Namun bagaimana memulai perbaikan kualitas, sementara jumlah sekolah yang harus ditangani cukup banyak, sementara dana yang dimiliki terbatas.

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:
1. Mengklasifikasi sekolah-sekolah tersebut di kriteria yang mana?
Mungkin masuk dalam tipe sekolah berjuang, atau sekolah sakit atau bahkan sekolah matisuri. Nah sekolah yang masuk kategori bagus, bisa dijadikan pilihan sebagai pilot project.
2. Menggagas sebuah sekolah pilot project
Kami mengambil dasar pemikiran yg sederhana: Untuk memudahkan dalam membangun Citra Sekolah Katolik, kita bisa memperbaiki satu sekolah dulu menjadi Sekolah yang berkualitas sesuai harapan dan cita-cita Gereja. Mengingat biasanya jumlah Sekolah Katolik yang dimiliki yayasan keuskupan/tarekat jumlahnya cukup banyak. Sehingga jika ditangani secara bersama akan membutuhkan banyak waktu, energi, dan biaya yang sangat besar. Saya menyebutnya Sekolah Pilot Project.
3. Melakukan Observasi sekolah pilot project
4. Menyusun program pembaharuan menuju sekolah yang berkualitas

Contoh Sekolah Pilot Project:
Program dari Prof. Habibie dalam mencetak pemimpin bangsa yang cerdas, berwawasan dan berakhlak mulia, dibentuklah sekolah unggulan: MAN Insan Cendekia di Tangerang dan Gorontalo. Para siswa berasal dari 33 propinsi di Indonesia. Lalu sekolah ini menjadi model sekolah-sekolah madrasah (MAN) yang lain di Indonesia.

Pemerintah di awal tahun 2007 membangun rencana Sekolah Berstandar Internasional (SBI) juga melakukan hal yang sama. Diknas menganggarkan setiap kota memiliki satu sekolah percontohan yang berstandar SBI. Misal di Surabaya, saat itu (2007) ada SMPN !, SMAN 5 yang menjadi sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional). Sekarang bahkan di setiap kota dan kabupaten sudah ada sekolah percontohan untuk sekolah SBI.

Apa Manfaat Sekolah Pilot Project:
1. Memudahkan dalam penanganan permasalahan secara spesifik.
2. Hasil perbaikan sekolah tersebut dapat dinilai secara signifikan
3. Menjadikan Sekolah tersebut sebagai Learning Center bagi sekolah Katolik lainnya
4. Perubahan dapat segera dirasakan oleh sekolah tsb.
5. Menjadi model sekolah unggul yang sesuai dengan visi misi yayasan dan Gereja.

Ada beberapa pra-syarat yang harus dipenuhi, bila sekolah katolik tsb mau dijadikan sebuah pilot project:
1. Ada keinginan kuat dari pihak pastor pimpinan yayasan, pimpinan Gereja/tarekat untuk melakukan perubahan secara total. Karena diperlukan perubahan secara mendasar, menyangkut arah strategi, visi dan misi sekolah di jangka panjang. Perubahan ini dimungkinkan bila dilakukan secara top down, karena menyangkut kebijakan yayasan. Bukannya bottom up.

2. Perlu membangun komunikasi yang baik dan efektif. Seringkali perubahan mengalami banyak hambatan oleh karena tidak dilakukan dengan pendekatan komunikasi yang baik dengan kepala sekolah, guru dan staf karyawan. Sehingga menimbulkan suasana yang kurang harmonis. Jika perubahan ini tidak mendapat dukungan dari kepala sekolah, guru dan staf, maka akan mengalami banyak hambatan.

3. Dukungan dari Kepala sekolah/guru/staf karyawan. Perubahan harus mendapat dukungan dari komunitas sekolah. Maka perlu sosialisasi dan pendekatan kepada semua pihak. Ibarat menentukan tujuan baru, mau dibawa kemana sekolah ini, maka semua pihak perlu mengerti apa yang akan dilakukannya. Seringkali di sebuah sekolah, justru kepala sekolahnya yang bermasalah, maka perlu pendekatan ke para guru dan staf. atau bisa jadi para guru yang bermasalah, sehingga kepala sekolah susah untuk melakukan tugas dan kebijakannya.

4. Perlu menemukan dulu akar masalahnya, kenapa sekolah ini mengalami kemerosotan dan penurunan kualitas. Agar nantinya tidak salah kebijakan dan salah dalam penanganan. Untuk memperoleh jawaban yang tepat memang diperlukan analisa dan observasi secara mendalam.

Observasi Sekolah
Ibarat seorang dokter mendiaknosa pasiennya, sebelum melakukan tindakan pengobatan. Maka sekolah perlu diobservasi, sehingga akan terlihat mana yang perlu diperbaiki, maka yang harus diganti dan mana yang perlu diusahakan atau direncanakan. Siapa yang bertugas meng-observasi sekolah? Tentunya pihak yayasan, atau staf yang lebih kompeten dalam melakukan penilaian, evaluasi dan pengamatan yang mendalam. Hal apa saja yang perlu diobservasi? Observasi meliputi: manajemen pengelolaan, sarana/fasilitas, kurikulum, program sekolah, kualitas pembelajaran, kualitas guru, peralatan belajar mengajar dll. Dari hasil observasi ini, nantinya akan bisa diperoleh situasi dan kondisi sekolah tersebut, termasuk akan permasalahan yang menyebabkan sekolah mengalami stagnan.

Secara idealnya observasi dilakukan oleh tenaga ahli pendidikan, kalau yayasan tidak memiliki, biasanya bekerja sama dengan konsultan pendidikan. Hasilnya akan lebih akurat. Bisa jadi akan keluar hasil scoring terhadap setiap aspek standar sekolah nasional. Untuk standar sekolah nasional nilainya 100. Maka hasil observasi akan dihasilkan score nilai untuk sekolah tersebut. Bila nilainya 70, masih tergolong cukup baik dan perlu peningkatan. Bila nilainya dibawah 50, berarti ‘dangerous’ perlu perbaikan segera.

Beberapa sekolah muslim yang sebelumnya tidak berkualitas, juga melakukan observasi terlebih dulu. Terbukti sekarang menjadi sekolah favorit seperti: SD YIMI Gresik, SD YIMA Bondowoso, SMP Muhammadiyah 9 Sby, Al Irsyad Jember, Al Kaustar Malang, SD Wachid hasjim, Sekolah Lazuardi Jakarta, Jaringan SD Islam Terpadu, Al Khairiyah Sby dan banyak lagi yg lainnya. Tidak heran mengapa 4 tahun terakhir, sekolah muslim mengalami kemajuan cukup pesat.

Dari hasil observasi diatas, yayasan bersama pihak sekolah bisa merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan dalam membangun sekolah pilot project:
1. Penataan manajemen sekolah
Manajemen sekolah harus dilaksanakan secara professional dan transparan. Agar para guru dan orang tua bisa mengetahui bahwa yayasan dan sekolah memang serius dalam memajukan sekolah menjadi berkualitas.
2. Membuat Grand Strategy sekolah
• Yayasan perlu menetapkan grand strategi jangka panjang Sekolah Katolik
3. Pemetaan kembali sekolah dan kompetitor sekolah
• Ibarat pertandingan, maka kita perlu juga mengenal lawan tanding kita di arena. Maka perlu pemetaan sekolah-sekolah apa saja yang ada di sekitar Sekolah Katolik. Termasuk kualitas sekolah disekitarnya, pagu mereka, lokasi, kelulusan dll.
4. Re-positioning, dengan semangat baru
• Membangun citra bisa dimulai dari beberapa hal spt: perubahan nama baru, slogan baru, misi baru, target baru, potensi keunggulan yang dimiliki, ciri khas sekolah yang akan ditonjolkan dll
5. Kerja sama dengan Stakeholder & masyarakat
• Bisa dilakukan misal dengan orang tua asuh, program beasiswa prestasi, kerja sama dengan perusahan untuk magang, service learning, environment learning dll.
6. Membangun semangat solidaritas & Penggalangan sumber dana
• Perlu didengungkan semangat perubahan dan menggalang solidaritas dari umat dan para donator dalam memajukan sekolah Katolik.
• Sekolah Katolik adalah milik umat. Untuk sekolah katolik yang dibawah yayasan keuskupan, maka perlu mengajak keterlibatan gereja setempat, dewan paroki, tokoh umat yang peduli pendidikan. Misal di Sekolah Yohanes Gabriel Pare, berkat dukungan paroki dan tokoh umat, telah berhasil membangun gedung sekolah yang cukup megah. Di Surabaya juga dilakukan oleh Paroki St. Maria Tak Bercela, membantu SMAK St. Hendrikus, sehingga menjadi sekolah yang berkualitas.
7. Penataan SDM yang berkualitas
• Dari hasil observasi akan bisa dilihat mana yang sudah memenuhi standar kompetensi dan mana yang perlu diperbaiki. Mana yang pro perubahan dan mana yang anti perubahan.
• Dari hasil data ini Yayasan dan Sekolah bisa mengambil kebijakan agar memperoleh SDM yang berkualitas.
8. Penataan Sarana dan Fasilitas
• Sarana dan fasilitas juga punya peran penting. Siswa akan merasa belajar nyaman bisa fasilitas sekolah terpenuhi.
9. Program Strategis Sekolah
• Disinilah Grand strategy di wujudkan berupa program sekolah selama 3 – 6 tahun.
• Program sekolah yang baik adalah program yang bisa menghasilkan standar kompetensi lulusan terbaik dan peningkatan kualitas kompetensi guru dan staf
10. Penataan Kurikulum
• Disinilah kesempatan Sekolah Katolik memasukkan program tambahan berupa Nilai-nilai Katolisitas, pendidikan religiositas, character building untuk melengkapi kurikulum Diknas.
• Sekolah Katolik harus memiliki ciri khas yang menunjukkan jiwa katolik,
11. Menerapkan system pembelajaran yang terbaik
• Pembelajaran terbaik adalah pembelajaran yang berbasis aktivitas dan sesuai dengan multiple intelligence, cara kerja otak dan gaya belajar siswa. Dengan cara ini pembelajaran akan berlangsung menyenangkan dan akan terjadi percepatan pemahaman siswa.
12. Pelatihan guru untuk metode pembelajaran secara regular
• Untuk menghasilkan kualitas pembelajaran terbaik diperlukan guru yang kompeten. Maka perlu melakukan pelatihan yang berjenjang bagi para guru sehingga mampu menerapkan setiap metode pembelajaran yang ramah siswa.

Membaca rencana perubahan tersebut, mungkin beberapa pertanyaan akan terlontar:
a. Apakah itu bisa dilakukan seperti rencana diatas?
b. Mungkinkah mengajak para guru untuk berubah, yang sudah terbiasa dengan kemapanan?
c. Apakah itu tidak membutuhkan dana yang besar?
d. Dari mana Yayasan / Gereja mendapatkan dana untuk perbaikan tsb?
e. Apakah sanggup yayasan (Pastor/Suster/Bruder) yang punya tugas di paroki dan stasi, melakukan perubahan tsb?
f. Apakah SDM (guru/staf) yang ada sanggup untuk diajak berubah secara total?

Jika kita berfokus pada kelemahan/masalah, maka sumber daya kita akan terkuras dan tiadanya keyakinan diri. Tapi jika kita berfokus pada apa yang bisa kita lakukan, maka selalu saja ada harapan, dukungan umat dan jalan keluar yang membantu mencapai tujuan. Akan sangat baik bila hal ini menjadi bahan diskusi di sekolah anda.

Semoga bermanfaat dan memberi inspirasi perubahan.

Salam Pendidikan,
Markus Tan
www.best-camp.com

Silahkan komentar dan masukan anda demi memajukan sekolah kita:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar